Sunday, March 28, 2021

PUISI : SANG KIAMBANG MALANG

Tajuk     :              Sang Kiambang Malang

Oleh       :              Rozita Adawiyah

 

Apalah nasibmu sang kiambang malang,

Lebar kelopakmu indah menghiasi laman Sang Juragan,

Tetap jua kau dirungutnya,

Mekarmu tak diendah,

Layumu dibuang tanpa lengah,

Di hatinya cuma bertamu sang mawar merah,

Di matanya hanya punya bayangan orkid mewah,

Sedangkan taman tasik yang mengelilimu dibiarkan penuh sampah,

Apalah gunanya lagi kau merela tangannya merenggut seri hijaumu,

Jikalau kau tidak bisa jumpa ukiran namamu di sela kalbunya.

 

Rozita Adawiyah

Ahad, 21 Mac 2021

Sunday, March 21, 2021

PUISI/SAJAK : SUDAHKAH MERDEKA?

 Tajuk    : Sudahkah Merdeka?

Oleh      : Rozita Adawiyah

 


Gema lafaz keramat di dada langit,

Wajah angkasa yang kebiruan,

Bagai merestui hari istimewa itu,

Gamat suasana, riuh rendah,

Bersemangat menyambut kemenangan Tanah Melayu.

 

Betapa aku ingin menerobos masuk ke ruangan itu,

Menaiki roket mesin masa,

Menelusuri hari bersejarah bertarikh 31 Ogos 1957,

Di mana waktu itu makna kemerdekaan dihayati sepenuhnya,

Di mana waktu itu tali persaudaraan digenggam erat bersama tanpa kira warna kulit,

Di mana waktu itu kedaulatan tanah air dihargai dan disanjung tinggi di mata penghuninya.

 

Suasana itu terlalu berbeza di zaman kini,

Laungan keramat itu hanya didendangkan pada liriknya sahaja,

Bukan pada nilai maksudnya,

Bendera kemegahan dengan sengaja digantung songsang,

Adakalanya hanya dibiarkan lusuh di dalam gerobok lama,

Bahasa ibunda terus-terusan di anak tirikan,

Bahasa asing pula yang diagungkan bagai anak emas,

Agama Islam hanya pada identiti diri sahaja,

Tetapi tidak diamalkan secara syumul.

 

Aku semakin keliru, semakin sedih,

Mereka berkata Malaysia sudah Merdeka,

Tetapi mengapa aku masih lagi rasa seperti dijajah?


Rozita Adawiyah,

Isnin, 31 Ogos 2020

Saturday, March 28, 2020

PUISI : AKU SEORANG DOKTOR DI WAD 7B (SURAT RINTIHAN BUAT SANG KORONA)

Aku Seorang Doktor Di Wad 7B (Surat Rintihan Buat Sang Korona)
Oleh : Rozita Adawiyah

i. Aku seorang doktor di wad 7B,
mataku menjadi saksi,
kehadiran kau yang diundang tidak, identiti kau juga tiada masyhur dikenal orang, tapi begitu bisa kau menyelinap menerobos masuk ke seantero dunia.

ii. Aku seorang doktor di wad 7B,
Telinga ku menjadi saksi,
Mendengar suara sukma sang malam dan siang berteriak sakit kerana kau, terus-terusan kau menghapus segan dan tanpa silu menyinggah masuk mengetuk pintu tubuh, lalu beramuk di kamar organ, menyesakkan saluran nafas, menyekat oksigen dari dihirup manusia, tercungap-cungap aku melihat pak cik tua itu terseksa menarik nafas seperti ikan tak dapat air. Pada mulanya ku kira kau hanya ingin menumpang barang semalam dua tetapi tanggapan ku meleset, kau terus bermastautin di jasad pesakit-pesakit ku.

iii. Aku seorang doktor di wad 7B,
Bahuku menjadi saksi,
Rintihan rakan-rakan seperjuangan, langit kami beratapkan siling hospital yang kusam tanpa bintang, tidur hanya beralaskan lantai mozek yang sejuk sehingga mencucuk tulang-belulang kami, anak sendiri terpaksa ditinggalkan demi kelangsungan hidup jutaan nyawa di wad ini.

iv. Setiap hari hati menjerit merayu, “Bilakah kau mahu pergi dan tidak mengganggu kami lagi?”
Rintihan demi rintihan, tak tertabur sebagai dialog, tetapi terpendam sebagai monolog, di dalam dilema aku seorang doktor di wad 7B.

Ahad
15:00 pm
29 Mac 2020

Thursday, January 23, 2020

PUISI : DI MANAKAH DIRIMU?

TAJUK: DI MANAKAH DIRIMU?
OLEH: S. N. ROZITA ADAWIYAH AHMAD ROZI

Di manakah dirimu?
Saat matahari sudah terbenam erat di kantung senja,
Senja terus lemas dimamah pekat malam,
Dan aku masih termenung,
Sendiri membalut luka, menghijab galau rasa.

Di manakah dirimu?
Saat matahari mulai membisu,
Bagai masih berselimutkan malam,
Yang hanya kelihatan,
Awan-awan sedang leka menconteng mendung di muka langit.

Di manakah dirimu?
Saat rembulan habis cahayanya,
Bintang-bintang malap menghilang sinarnya,
Sepi,
Syahdu,
Itu yang hanya menubir di wajah angkasa.

Di manakah dirimu?
Saat aku berselirat keliru,
Mengutip selumbar persoalan yang kau serpihkan,
Terseksa menanti jawapan yang terus kau diamkan,
Tapi mengapa masih wajahmu yang aku dambakan?

Di manakah dirimu?
Saat aku ingin kau tahu,
Di sela-sela koma,
Ada noktah yang aku takutkan,
Seperti takutku pada baris takdir,
Yang juga belum tertuliskan.

Jumaat
24 januari 2020
3.00am

Tuesday, July 23, 2019

PUISI/SAJAK : TANGGA

TANGGA
Oleh : S. N. Rozita Adawiyah Ahmad Rozi


Tangga,
Ada ketika untuk dinaiki,
Ada terkadang untuk dituruni,
Begitu lah resam hidup yang perlu dijalani,
Untuk kau, dan begitu jua aku.

Tangga,
Semakin didaki semakin tinggi,
Semakin bertambah anak tangganya,
Riuh kedengaran hati digeletek tawa,
Menyambut manisnya saat suka.

Tangga,
Terkadang sendu terkenang duka,
Merelakan diri dihempas angin marah,
Sanggup melecur ditampar laharnya,
Begitu baik hatinya menyapu titisan air mata.

Adakah masih segar di kepalamu akan tangga itu?
Begitu jua lah aku tidak pernah melupakannya
Sebagaimana aku tidak pernah melupakanmu.

16:38
23 Julai 2019
Selasa

P/s: this poem was dedicated to my lovely ain nasaruddin as she requested it on her birthday which is in the month of June.. I am really2 sorry because I’m late in fulfil your poem’s request due to the several problems of mine and also at that time it’s supposed to be the examination weeks..I’m really2 sorry.. Please forgive me.. And here wishing u a Happy belated birthday ainn fathonahh Isabella markonah.. Hope u enjoy reading this poem and hope u still remember that “tangga” hahaha.. Muahhh!!!

Thursday, April 11, 2019

PUISI : NIKMAT UJIAN


NIKMAT UJIAN
Oleh : S. N. Rozita Adawiyah Ahmad Rozi

Malam yang gelap gelita,
Tiada satu neon pon yang menerangi jalan itu,
Aku meraba-raba beg galasku, mencari lampu suluh,
Tetapi tiada kutemu,
Aku buntu, bingung,
Bagaimana dapat aku redahi hutan belantara ini?
Bagaimana dapat aku tempuhi balapan kehidupan yang serba dahsyat ini?

Sungguh Tuhan Maha Mengetahui,
Takkan dihantar ujian tanpa mengirim kudrat, nikmat dan hikmah-Nya sekali.

Di saat mulut membisu, juga kaki terkunci dalam kesamaran,
Banyak tangan-tangan yang menjadi lampu suluh ku,
Banyak bibir-bibir mungil yang melontarkan motivasi, 
Menegakkan kembali tiang-tiang neon di sepanjang jalan,
Agar aku dapat berjalan dengan kuntum senyuman.

Terima kasih tangan-tangan yang hebat,
Kerana membuat aku mengerti,
Tunggal atau sendiri itu hanya majazi,
Tapi yang hakiki, aku dilengkapi berjuta tangan,
Yang miliki hati suci,
Semoga kalian sentiasa dirahmati.

01:48 am
12 April 2019
Jumaat

Sunday, March 31, 2019

PUISI : KENAPA BINTANG MASIH TIDAK HARGAI BULAN?

KENAPA BINTANG MASIH TIDAK HARGAI BULAN?
Oleh : S. N. Rozita Adawiyah Ahmad Rozi


Malam bulan di pagar bintang,
Tersenyum melihat tingkah manusia,
Bulan girang beri cahaya,
Terangi bintang pujaan,
Tanpa jemu bulan menerangi,
Tapi mengapa bintang masih tidak menghargai?
Apa mungkin dirinya tidak menyedari,
Hidupnya kelam kusam tanpa sang bulan di sisi,
Sungguh sang bulan baik hati,
Setia menerangi sang bintang hati,
Agar kerdipan bintang terus berkilau di persada langit.

23:34pm
30 Mac 2019
Sabtu

PUISI : SANG KIAMBANG MALANG

Tajuk     :               Sang Kiambang Malang Oleh        :               Rozita Adawiyah   Apalah nasibmu sang kiambang malang, Le...